Bab Ke-31:
Menghadap ke Arah Kiblat (Ka'bah) di Mana Pun Berada
Abu Hurairah
r.a. berkata, "Nabi Muhammad saw bersabda, "Menghadaplah ke kiblat dan
bertakbirlah (yakni bertakbiratul ihram untuk memulai shalat)."[Ini adalah sebagian dari hadits tentang orang yang rusak shalatnya dari hadits
Abu Hurairah dan penyusun me-maushul-kannya pada Kitab ke-79 "al-Isti'dzan", Bab
ke-18.]
223. Jabir berkata,
"Nabi Muhammad saw. shalat di kendaraan beliau ke mana saja kendaraan itu
menghadap. Akan tetapi, apabila beliau akan shalat fardhu, beliau turun dan
menghadap kiblat"
224. Abdullah
berkata, "Nabi saw. shalat [zhuhur dengan mereka, 7/227] [lima rakaat 2/65].
Setelah beliau salam, dikatakan kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, telah terjadi
sesuatu dalam shalat?' (Dalam satu riwayat: 'Apakah shalat telah ditambah? Dalam
riwayat lain: 'Apakah shalat telah diringkas atau terlupakan?) Beliau bersabda,
'Apakah itu?' Mereka menjawab, 'Engkau melakukan shalat lima rakaat.' Beliau
lalu melipatkan kedua kaki dan menghadap kiblat, lalu sujud dua kali [sesudah
salam], kemudian beliau salam lagi. Ketika beliau menghadapkan muka kepada kami,
beliau bersabda, 'Sesungguhnya, kalau terjadi sesuatu dalam shalat niscaya aku
beritahukan kepadamu. Akan tetapi, aku adalah manusia seperti kamu; aku bisa
lupa sebagaimana kamu lupa. Apabila aku lupa, ingatkanlah. Apabila salah seorang
di antara kamu ragu-ragu dalam shalatnya, condonglah kepada yang benar, lantas
hendaklah ia menyempurnakannya, kemudian mengucapkan salam, kemudian sujud dua
kali.'"
Bab Ke-32:
Tentang (Menghadap) Kiblat dan Orang yang Menganggap Tidak Perlu Mengulang
Shalat Apabila Seseorang Lupa dan Shalat dengan Menghadap ke Arah Selain
Kiblat
Nabi Muhammad saw
pernah mengucapkan salam setelah melakukan dua rakaat shalat zhuhur dan
menghadapkan wajahnya ke arah orang banyak, kemudian menyempurnakan rakaat yang
masih tertinggal.[Imam Bukhari me-maushul-kannya pada Kitab ke-22 "as-Sahwu", Bab ke-88, tetapi
tanpa perkataan "menghadapkan wajahnya ke arah orang banyak" karena perkataan
ini terdapat dalam riwayat Imam Malik dalam al-Muwaththa' dari jalan Abu Sufyan,
mantan budak Ibnu Abu Ahmad, dari Abu Hurairah. Akan tetapi, di situ disebutkan
bahwa shalat tersebut adalah shalat ashar, dan isnad-nya sahih. Itu adalah
riwayat penyusun (Imam Bukhari) dari riwayat Ibnu Sirin dari Abu Hurairah. Akan
tetapi, aku terpaksa menjelaskan macam shalatnya ini sebagaimana akan Anda lihat
nanti di sana, sehingga memungkinkan berpegang pada riwayat Abu Sufyan ini di
dalam menguatkan riwayat Ibnu Sirin yang sesuai dengan ini. Wallahu a'lam.]
225. Anas berkata
bahwa Umar berkata, "Aku mendapatkan persetujuan Tuhanku dalam tiga hal. Aku
(Umar) berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana kalau kita jadikan maqam Ibrahim
sebagai tempat shalat?' Turunlah ayat, 'Dan, jadikanlah sebagian maqam Ibrahim
sebagai tempat shalat.' Dan, ayat hijab (bertirai) di mana aku berkata, 'Wahai
Rasulullah, bagaimana kalau engkau perintahkan istri-istrimu berhijab karena
mereka diajak bercakap-cakap oleh (dalam satu riwayat: engkau biasa didatangi
oleh, 5/ 149) orang yang baik dan orang yang jahat? Turunlah ayat hijab. Dan,
istri-istri Nabi Muhammad saw. bersepakat untuk cemburu kepada beliau, lalu aku
berkata kepada mereka, 'Jika beliau menceraikan kalian, boleh jadi Tuhannya akan
menggantinya dengan istri-istri yang lebih baik daripada kalian.' (Dalam satu
riwayat: 'Dan telah sampai berita kepadaku bahwa Nabi Muhammad saw mencela
sebagian istrinya. Aku lalu menemui mereka dan berkata, 'Berhentilah kalian dari
perbuatan itu atau Allah akan mengganti bagi Rasul-Nya istri-istri yang lebih
baik daripada kalian,' hingga aku datang kepada salah seorang dari mereka. Salah
satu istri ini berkata, 'Hai Umar, apakah pada Rasulullah itu tidak terdapat
sesuatu yang dapat memberi pelajaran atau menyadarkan istri-istrinya sehingga
engkau menasihati mereka?'). Maka, turunlah ayat ini."
226. Abdullah
bin Umar berkata, "Pada waktu orang-orang sedang melakukan shalat subuh di
Quba', tiba-tiba mereka didatangi seseorang (untuk menyampaikan berita). Orang
itu berkata, 'Sesungguhnya, malam tadi telah diturunkan kepada Rasulullah saw.
Al-Qur'an (yakni wahyu). Beliau diperintahkan shalat menghadap ke Kabah. [Maka
ingatlah, menghadaplah kalian ke Kabah! 5/152].' Mereka lalu menghadap ke
Ka'bah, padahal waktu itu wajah mereka sedang menghadap ke Syam. Mereka lalu
menghadapkan wajahnya ke Ka'bah."
Bab Ke-33:
Menggaruk Ludah dari Masjid dengan Tangan
227. Anas r.a.
berkata bahwa Nabi Muhammad saw melihat dahak di arah kiblat. Beliau merasa
keberatan terhadap hal itu sehingga tampak di wajah beliau (ketidaksenangan
itu), lalu beliau berdiri, lantas menggaruknya dengan tangan beliau seraya
bersabda, "Sesungguhnya, apabila salah seorang di antaramu berdiri dalam shalat,
sesungguhnya ia sedang bermunajat (bercakap-cakap) dengan Tuhannya atau Tuhannya
itu di antara dia dan kiblatnya. Karena itu, janganlah salah seorang diantaramu
meludah ke arah kiblatnya [dan jangan pula ke arah kanannya, 1/107], tetapi
kesebelah kiri atau di bawah telapak kakinya [yang kiri, 1/135]." Beliau lalu
mengambil ujung selendang beliau dan meludah di situ. Beliau lalu menggeserkan
sebagiannya atas sebagian yang lain, lalu beliau bersabda, 'Atau, berbuat
seperti ini.'"
228. Abdullah bin
Umar berkata bahwa Rasulullah saw melihat ludah (dalam satu riwayat: dahak,
1/183) di dinding masjid pada arah kiblat [ketika beliau akan mengerjakan shalat
di depan orang banyak], lalu beliau menggosoknya [dengan tangannya, 7/98], lalu
menghadap kepada orang banyak (dalam satu riwayat: maka beliau marah kepada ahli
masjid, 2/62), lalu bersabda [setelah selesai], "Apabila salah seorang di antara
kalian sedang shalat, janganlah ia meludah di depannya karena sesungguhnya Allah
itu berada di arah mukanya jika ia sedang shalat." [Ibnu Umar radhiyallahu
anhuma berkata, "Apabila salah seorang dari kamu meludah, hendaklah ia meludah
ke sebelah kirinya."]
229. Aisyah
berkata bahwa Rasulullah saw melihat ada ingus, ludah, atau dahak di dinding
masjid, lalu beliau menggosoknya.
Bab Ke-34:
Menggosok Dahak dari Masjid dengan Batu
Ibnu Abbas berkata, "Apabila
kamu menginjak kotoran yang basah, cucilah ia, dan jika kering, tidak perlu kamu
cuci."[Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah darinya dengan sanad sahih.]
230. Abu Hurairah
dan Abu Said berkata bahwa Rasulullah saw melihat dahak pada dinding (dalam satu
riwayat: ke arah kiblat, 1/107) masjid, lalu beliau mengambil sebutir kerikil
kemudian menggosok-gosoknya, lalu beliau bersabda, "Apabila seseorang di antara
kalian ingin meludah, janganlah ia meludah ke arah depannya dan kanannya, tetapi
hendaklah meludah ke sebelah kirinya atau ke bawah kakinya yang kiri."[Kemungkinan, ini adalah lafal hadits Abu Said al-Khudri karena pada lafal Abu
Hurairah terdapat sedikit perubahan redaksi kalimat dan akan disebutkan sebentar
lagi. Karena itu, aku tidak memberinya nomor urut di sini.]
Bab Ke-35:
Jangan Meludah ke Sebelah Kanan Ketika Shalat
Bab Ke-36:
Hendaknya Meludah ke Sebelah Kirinya atau di Bawah Kaki Kirinya
Bab Ke-37: Denda
Meludah di Masjid
231. Anas bin Malik
berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Meludah di masjid adalah suatu
kesalahan dan kaffarahnya (tebusannya) adalah menanamnya
(menghilangkannya).'"
Bab Ke-38:
Memendam Ludah di Masjid
232. Abu Hurairah
berkata bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, "Jika seseorang di antara kalian
berdiri mengerjakan shalat, janganlah meludah ke depannya karena sebenarnya ia
di saat itu sedang bermunajat kepada Allah selama ia masih di tempat shalatnya
dan janganlah ia meludah ke sebelah kanannya karena di sebelah kanannya ada
seorang malaikat, tetapi hendaklah dia meludah ke sebelah kirinya atau ke bawah
telapak kakinya, lalu memendamnya (menanamnya)."
Bab Ke-39:
Apabila Terpaksa untuk Segera Meludah, Baiknya Mengambil Ujung
Pakaiannya
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Anas yang
tersebut pada nomor 227 di muka.")
Bab Ke-40:
Nasihat Imam Kepada Orang Banyak Mengenai Pelaksanaan Shalat yang Sempurna dan
Keterangan Tentang Kiblat
233. Abu
Hurairah berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Apakah kamu melihat kiblatku di
sini? Demi Allah, tidaklah tersembunyi atasku kekhusyuanmu dan rukumu, [dan,
l/181] sesungguhnya aku melihatmu dari belakang punggungku."
234. Anas bin
Malik berkata, "Nabi Muhammad saw shalat bersama dengan kami sebagai imam dalam
suatu shalat yang dikerjakan. Kemudian, beliau naik mimbar, lalu bersabda
mengenai shalat dan ruku, 'Sesungguhnya, aku melihat kalian dari belakangku
sebagaimana aku melihat kalian (sewaktu berhadap-hadapan).'"
Bab Ke-41:
Bolehkah Dikatakan Masjid Bani Fulan?
235. Abdullah bin
Umar r.a. berkata bahwa Rasulullah saw memperlombakan antar kuda yang diberi
makan penuh dari Hafya' ke Tsaniyatil Wada' dan memperlombakan antar kuda yang
tidak diberi makan penuh dari Tsaniyah ke masjid bani Zuraiq. Abdullah bin Umar
termasuk orang yang ikut berlomba itu.
Bab Ke-42:
Membagi dan Menggantungkan Tempat Penyimpanan Harta di Dalam Masjid
Anas berkata, "Nabi
Muhammad saw diberi harta dari Bahrain. Beliau lalu bersabda, 'Sebarkanlah di
masjid!' Itulah sebanyak-banyak harta yang disampaikan kepada Rasulullah saw.
Rasulullah saw lalu keluar untuk shalat dan tidak menoleh kepadanya. Ketika
beliau telah selesai menunaikan shalat, beliau datang dan duduk di sana. Bila
beliau melihat seseorang, orang itu beliau beri harta itu. Tiba-tiba Abbas r.a.
datang kepada beliau, lalu ia berkata, 'Wahai Rasulullah, berilah aku karena aku
menebus diriku dan aku menebus Aqil.' Rasulullah lalu bersabda kepadanya,
'Ambillah.' Abbas lalu mengambilnya dan memasukkannya di dalam kainnya, dan dia
menganggap pemberian itu hanya sedikit, tetapi ia tidak mampu untuk membawanya.
Ia berkata, 'Wahai Rasulullah, suruhlah seseorang mengangkatkannya kepadaku.'
Beliau bersabda, 'Tidak.' Ia berkata, 'Engkau sajalah yang mengangkatkannya
kepadaku.' Beliau menjawab, 'Tidak.' Ia lalu pergi. Rasulullah saw. mengikutinya
terus dengan pandangannya hingga Abbas tidak terlihat oleh kami. Rasulullah saw
berbuat begitu karena merasa heran terhadap keinginannya. Ketika Rasulullah saw.
berdiri, di sana sudah tidak ada satu dirham pun."
Bab Ke-43:
Orang yang Mengundang Makan di Masjid dan Orang yang Mengabulkan Undangan
Itu
236. Anas berkata,
"Aku mendapati Nabi Muhammad saw dalam masjid bersama dengan sejumlah orang. Aku
langsung mendekati beliau, lalu beliau bertanya kepadaku, 'Apakah engkau suruhan
Abu Thalhah?' Aku menjawab, 'Ya.' Beliau bertanya, 'Untuk makan-makan?' Aku
menjawab, 'Ya.' Beliau lalu bersabda kepada orang-orang yang bersama beliau,
'Berdirilah!' Mereka lalu keluar dan aku berangkat di depan mereka."
Bab Ke-44:
Memberikan Keputusan dan Saling Mengucapkan Li'an di Masjid
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits
Sahl bin Sa'ad yang tercantum pada Kitab ke-68 'ath-Thalaq', Bab ke-20.")
Bab Ke-45:
Apabila Seseorang Memasuki Sebuah Rumah, Haruskah Dia Shalat di Mana Saja yang
Dia Kehendaki Ataukah Seperti yang Diperintahkan? Dan tidak Boleh Mengadakan
Penyelidikan
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits
Itban yang panjang yang akan disebutkan di bawah ini [nomor 237].")
Bab Ke-46:
Mendirikan Masjid di Rumah-Rumah
Al-Barra' bin Azib
shalat di masjidnya yang terletak di rumahnya dengan berjamah.[Di-maushul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah yang semakna dengannya dalam suatu kisah.]
237. Dari Mahmud
bin ar-Rabi' al-Anshari [dan dia mengaku menahan Rasulullah saw dan menahan
muntahan yang dimuntahkannya (dalam satu riwayat: dia berkata, "Aku menahan dari
Nabi Muhammad saw muntahan yang beliau muntahkan di wajahku dan ketika itu aku
berumur lima tahun, 1/27) dari timba yang berharga beberapa dirham, l/204]
[Mahmud mengaku, 2/55] bahwasanya [dia mendengar] Itban bin Malik [seorang
tunanetra dan, 1/163] termasuk sahabat Rasulullah saw. dari golongan yang
menyaksikan (turut serta dalam) Perang Badar dari kalangan Anshar [bersama
Rasulullah saw., katanya, "Aku melakukan shalat untuk mengimami kaumku, bani
Salim, dan antara aku dan mereka terdapat lembah yang apabila turun hujan aku
kesulitan melewatinya menuju ke masjid. Aku datang kepada Rasulullah saw. dan
berkata kepada beliau, 'Wahai Rasulullah, pandanganku sudah buruk, padahal aku
menjadi imam shalat bagi kaumku. Apabila turun hujan, mengalirlah air di lembah
yang ada di antara aku dan mereka sehingga aku tidak mampu mendatangi masjid
mereka untuk mengimami mereka. Wahai Rasulullah, aku ingin engkau datang kepada
ku, lalu engkau shalat di rumahku [di tempat] yang aku jadikan mushalla.'
Rasulullah saw bersabda kepadaku, 'Akan aku lakukan insya Allah.' Keesokan
harinya, Rasulullah saw dan Abu Bakar datang kepadaku saat matahari sudah tinggi
(dalam satu riwayat: sangat terik). Rasulullah saw minta izin dan aku
mengizinkannya, namun beliau tidak duduk ketika (dalam satu riwayat: sehingga,
6/202) masuk rumah. Beliau lalu bertanya, 'Dimanakah kamu inginkan agar aku
shalat di rumahmu?' Aku menunjukkan beliau suatu arah dari rumahku, lalu
Rasulullah berdiri dan bertakbir. Kami lalu berdiri dan berbaris [di belakang
beliau), kemudian beliau shalat dua rakaat dan salam [dan kami mengucapkan salam
setelah beliau salam]. Kami menahan beliau (untuk menyantap) bubur gandum yang
kami campur dengan daging untuk beliau. [Maka orang-orang sekitar mendengar
Rasulullah saw. ada di rumah saya]. Datanglah beberapa orang laki-laki dari desa
itu dan mereka berkumpul. Salah seorang dari mereka berkata, 'Dimanakah Malik
bin Dukhaisyin atau Ibnu Dukhsyun?' Sebagian mereka menjawab, 'Dia itu orang
munafik, tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya.' Rasulullah saw lalu bersabda,
Janganlah kamu berkata demikian. Bukankah kamu telah melihatnya telah
mengucapkan, 'Tiada Tuhan melainkan Allah' yang dengan ucapan itu ia
mengharapkan ridha Allah?' Ia berkata, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.'
[Adapun kami], sesungguhnya kami melihat wajah dan nasihatnya kepada orang-orang
munafik. Rasulullah saw lalu bersabda, 'Sesungguhnya, Allah mengharamkan neraka
terhadap orang yang mengucapkan, 'Tiada tuhan melainkan Allah, karena
mengharapkan keridhaan Allah.'"
[Mahmud berkata, "Aku lalu menceritakan hal
ini kepada suatu kaum yang di antaranya terdapat Abu Ayyub, yang menemani
Rasulullah saw dalam peperangan yang mengantarkannya gugur di sana. Yazid bin
Muawiyah sedang berkuasa atas mereka di negeri Rum. Abu Ayyub mengingkari hal
itu atas aku. Ia berkata, 'Demi Allah, aku tidak mengira Rasulullah akan
bersabda seperti yang engkau ceritakan itu.' Aku merasakan hal itu sebagai
sesuatu yang besar. Aku menetapkan diriku karena Allah supaya menerimaku,
sehingga aku selesai perang, untuk menanyakan hal itu kepada Itban bin Malik
r.a-jika aku dapat menjumpainya ketika masih hidup-di masjid kaumnya. Aku
menutup (selesai perang). Aku lalu ber-talbiyah untuk haji atau umrah, kemudian
aku pergi hingga sampai di Madinah, kemudian aku datang ke perkampungan bani
Salim, ternyata dia adalah seorang tua yang tunanetra, yang sedang shalat
mengimami kaumnya. Setelah dia usai salam dari shalatnya, aku mengucapkan salam
kepadanya dan aku beritahukan jati diriku, kemudian aku tanyakan kepadanya
tentang hadits itu. Dia lalu menceritakannya kepadaku sebagaimana dahulu ia
menceritakannya kepadaku kali pertama." 2/56]
Ibnu Syihab berkata, "Aku
bertanya kepada al-Hushain bin Muhammad al Anshari-salah seorang dari bani Salim
dan termasuk salah seorang anggota pasukan infanteri-tentang hadits Mahmud bin
ar-Rabi' (diatas), lalu ia membenarkan hal itu."
Bab Ke-47:
Mendahulukan Yang Kanan dalam Memasuki Masjid dan Lain-Lain
Abdullah bin Umar
memulai dengan kakinya yang kanan, sedangkan bila keluar, ia memulainya dengan
kakinya yang kiri.[Al-Hafizh berkata, "Aku tidak melihatnya maushul."]
238. Aisyah
berkata, "Nabi Muhammad saw suka sekali mendahulukan yang kanan sebisa mungkin
dalam semua urusannya, seperti dalam bersuci, menyisir rambut, dan memakai
terompah."
Bab Ke-48:
Apakah Boleh Menggali Kubur Kaum Musyrikin di Zaman Jahiliah dan Mempergunakan
Tempat Itu Sebagai Masjid?
Nabi Muhammad saw
bersabda, "Allah melaknat orang Yahudi karena mereka membangun tempat-tempat
ibadah di kuburan-kuburan para nabi mereka."
Juga dibencinya
shalat di kuburan.
Umar melihat Anas
bin Malik shalat di sisi kuburan dan berseru, "Kuburan! Kuburan!" Beliau tidak
menyuruh mengulangi shalatnya.[Di-maushul-kan oleh penyusun dari hadits Aisyah pada Kitab ke-23 "al Janaiz",
Bab ke-61.]
239. Anas r.a.
berkata, "Nabi Muhammad saw datang ke Madinah. Beliau turun di Madinah kawasan
atas, di suatu perkampungan yang disebut bani Amr bin Auf. Nabi Muhammad saw
tinggal di tempat mereka selama empat belas malam. Beliau lalu mengirimkan
(utusan) kepada orang-orang bani Najjar. Mereka datang dengan menyandang pedang.
Seolah-olah aku melihat Nabi Muhammad saw di atas kendaraan beliau, Abu Bakar
mengiringi beliau, dan orang-orang bani Najjar di sekeliling beliau, sehingga
beliau meletakkan kendaraan beliau di halaman rumah Abu Ayyub. Beliau suka
menunaikan shalat di mana saja sewaktu tiba waktu shalat dan beliau shalat di
tempat menderumnya kambing. [Kemudian sesudah itu, aku mendengar dia berkata,
'Beliau shalat di tempat menderumnya kambing, sebelum dibangunnya masjid.']
(Dalam satu riwayat: Kemudian) beliau menyuruh membangun masjid dan beliau minta
dipanggilkan orang-orang bani Najjar, lalu beliau bersabda, 'Berapakah harga
kebunmu ini?' Mereka menjawab, 'Tidak. Demi Allah, kami tidak meminta harganya
kecuali kepada Allah ta'ala.' Anas berkata, 'Di kebun itu terdapat apa yang aku
katakan kepadamu, yaitu kuburan orang-orang musyrik, juga terdapat reruntuhan
dan terdapat pohon kurma. Nabi Muhammad saw. lalu memerintahkan supaya kuburan
orang-orang musyrik itu digali, kemudian reruntuhan itu diratakan, dan
pohon-pohon kurma ditebang. Mereka menjajarkan batang-batang pohon kurma di arah
kiblat masjid. Kedua ambang pintu dibuat dari batu. Mereka memindahkan batu-batu
seraya bersyair rajaz dan Nabi bersama mereka sambil berkata (dalam satu
riwayat: bersama mereka mengucapkan), ("Ya Allah, tiada kebaikan kecuali
kebaikan akhirat, maka ampunilah orang-orang Anshar dan Muhajirin.')"
Bab Ke-49:
Shalat di Kandang Kambing
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya sebagian dari hadits
Anas di muka.")
Bab Ke-50:
Shalat di Tempat Pembaringan (Ladang-Ladang) Unta
240. Nafi'
berkata, "Aku melihat Ibnu Umar shalat menghadap untanya dan ia berkata, 'Aku
melihat Nabi Muhammad saw melakukannya.'"
Bab Ke-51: Orang
yang Shalat di Depan Tungku Pemanasan atau Api atau Hal-Hal Lain Yang Disembah
Orang, Tetapi Dia Memaksudkan Shalatnya Semata-mata untuk Allah
Anas berkata bahwa
Nabi Muhammad saw bersabda, "Neraka ditampakkan kepadaku ketika aku sedang
shalat"[Ini adalah bagian dari hadits yang panjang yang akan disebutkan secara maushul
pada Kitab ke-96 "al-I'tisham", Bab ke-4.]
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya bagian dari hadits
Ibnu Abbas yang akan disebutkan pada Kitab ke-16 'al-Kusuf', Bab ke-9.")
Bab Ke-52:
Dibencinya Shalat di Kuburan
241. Ibnu Umar
berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda, "Lakukanlah sebagian shalatmu (selain
shalat fardhu, yakni shalat sunnah) di rumahmu dan janganlah kamu jadikan
rumahmu itu sebagai kuburan (bukan tempat shalat)."
Bab Ke-53:
Shalat di Tempat Tempat Reruntuhan Gempa dan Bekas Azab
Diriwayatkan
bahwa Ali tidak menyukai shalat di tempat bekas reruntuhan gempa di
Babil.[Di-mauhsul-kan oleh Ibnu Abi Syaibah dari dua jalan dari Ali.]
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Ibnu Umar yang
akan disebut kan pada Mtab ke-60 'al-Anbiya', Bab ke17.")
Bab Ke-54:
Shalat di Gereja atau Candi (Tempat Ibadah Agama Selain Islam)
Umar berkata,
"Kami tidak memasuki gereja-gerejamu karena patung-patung dan gambarnya
itu."[Di-maushul-kan oleh Abdur Razzaq.]
Ibnu Abbas shalat
di dalam biara (tempat ibadah agama lain) kecuali biara yang ada patung di
dalamnya.[Di-maushul-kan oleh al-Baghawi dalam al Ja'diyyat.]
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnad-nya hadits Aisyah yang
akan disebutkan pada Kitab ke-23 'al-Janaiz', Bab ke-62.")
Bab
Ke-55:
242. Aisyah dan
Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) berkata, "Ketika Rasulullah saw menghadapi
kematian, beliau melemparkan selendang pada muka beliau. Ketika selendang itu
menutupi muka beliau, beliau membukanya seraya bersabda dalam keadaan demikian,
'Laknat (kutukan) Allah atas orang-orang Yahudi dan Nasrani karena mereka
menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah).'" Beliau
mempertakutkan akan apa yang mereka perbuat.[Boleh jadi, ini adalah lafal hadits Ibnu Abbas karena lafal hadits Aisyah
sedikit berbeda dengan ini dan akan disebutkan pada Kitab ke-23 "al-Janaiz", Bab
ke-62. Karena itu, aku tidak memberinya nomor tersendiri di sini.]
243. Abu Hurairah
r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Semoga Allah melaknat orang-orang
Yahudi karena mereka membangun tempat-tempat ibadah di atas kuburan nabi-nabi
mereka."
Bab Ke-56: Sabda
Nabi Muhammad saw., "Bumi Itu Dijadikan untukku Sebagai Tempat Shalat dan Alat
Bersuci (Tayamum)."[Di-maushul-kan oleh penyusun pada nomor 186.]
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya hadits Jabir yang
tersebut pada nomor 186 di muka.")
Bab Ke-57:
Tidurnya Seorang Wanita di Masjid
244. Aisyah berkata
bahwa seorang budak perempuan hitam milik suatu perkampungan Arab yang sudah
mereka merdekakan, tetapi masih suka bersama mereka, berkata, "Seorang anak
perempuan kecil yang mengenakan selendang merah dari kulit keluar kepada mereka.
Diletakkannya atau jatuh darinya dan lewatlah seekor burung rajawali dan burung
itu mengira selendang yang jatuh itu sebagai daging, lantas dipungut nya. Mereka
mencari selendang itu, namun tidak ditemukan, lalu mereka menuduhku. Mereka
mencarinya sehingga mereka mencari di kemaluanku. (Dalam satu riwayat: Mereka
lalu menyiksaku sampai mereka mencari di kemaluanku, 4/235). Demi Allah, sungguh
aku berdiri bersama mereka [sedang aku masih dalam kesedihan], tiba-tiba burung
rajawali itu lewat [hingga sejajar dengan kepala kami] lantas menjatuhkan
selendang itu. Selendang itu jatuh di antara mereka [lalu mereka mengambilnya].
Aku berkata, 'Itulah selendang yang kamu tuduh aku mengambilnya, padahal aku
sama sekali tidak mengambilnya. Inilah dia!' Perempuan itu mengatakan bahwa ia
datang kepada Rasulullah saw dan masuk Islam. Aisyah berkata, 'Perempuan itu
mempunyai kemah atau bilik dari tumbuh-tumbuhan di masjid. Perempuan itu datang
dan bercerita kepadaku. Tidaklah dia duduk di tempatku melainkan ia mengatakan,
'Hari selendang adalah sebagian dari keajaiban Tuhan kita. Ketahuilah,
bahwasanya Tuhan menyelamatkan aku dari negara kafir.' Aku bertanya kepada
perempuan itu, 'Mengapakah ketika kamu duduk bersamaku mesti kamu ucapkan
kalimat ini?' Perempuan itu lalu menceritakan cerita-cerita ini.'"
Bab Ke-58:
Tidurnya Orang Laki-Laki di Masjid
Anas berkata,
"Beberapa orang dari suku Ukal datang kepada Nabi Muhammad saw., kemudian mereka
bertempat di teras masjid."[Riwayat mu'allaq ini di-maushul-kan oleh penyusun (Imam Bukhari) pada Kitab ke-4
"al-Wudhu" yang telah disebutkan di muka pada nomor 139.]
Abdur Rahman
bin Abu Bakar berkata, "Orang-orang Ahlush Shuffah (orang-orang yang berdiam di
teras masjid) itu adalah orang-orang fakir."[Ini adalah bagian dari hadits yang di-maushul-kan oleh penyusun pada Kitab ke-61
"al-Manaqib" Bab ke25 "Alamaun Nubuwwah fil-Islam".]
245. Abu Hurairah
berkata, "Aku melihat ada tujuh puluh orang dari Ahlush Shuffah, tiada seorang
pun di antara mereka itu yang mempunyai selendang. Mereka hanya memiliki izar
(kain panjang) atau lembaran-lembaran kain yang diikat seputar leher mereka. Di
antara lembaran kain itu ada yang hanya sampai pada separo betis dan ada yang
sampai pada kedua mata kaki, dan mereka menyatukannya dengan tangan mereka,
karena khawatir aurat mereka terlihat"
Bab Ke-59:
Shalat Ketika Datang dari Bepergian
Ka'ab bin Malik
berkata, "Apabila Nabi Muhammad saw. pulang dari bepergian, beliau terlebih
masuk ke masjid, lalu shalat di sana.'"[Ini adalah bagian dari hadits Ka'ab bin Malik yang panjang dalam kisah
ketertinggalannya (keengganannya) ikut perang dan tobatnya, dan akan disebutkan
secara maushul pada bagian-bagian akhir Kitab ke-64 "al-Maghazi", Bab ke-81.]
(Aku berkata,
"Dalam bab ini, Imam Bukhari meriwayatkan dengan isnadnya potongan dari hadits
Jabir yang akan disebutkan pada Kitab ke-34 'al-Buyu", Bab ke-34.")
Bab Ke-60:
Apabila Masuk Masjid Hendaklah Shalat Dua Rakaat
246. Abu Qatadah
as-Salami berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Apabila salah seorang di
antaramu masuk masjid, hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum duduk." (Dalam
satu riwayat: "Janganlah ia duduk sehingga shalat dua rakaat." 2/51)